Powered By Blogger

Senin, 21 Februari 2011

Disiplin = Pengendalian Diri = Menunda Kesenangan

Ada sebuah eksperiman terkenal yang diujicobakan kepada anak-anak berusia 4 tahun. Nama eksperimen ini adalah The Marshmellow Experiment atau Tes Marshmellow.
The Marshmellow Test diciptakan oleh Walter Mischel, seorang profesor dari Stanford University di tahun 1960. Tes ini diberikan kepada sejumlah anak berusia 4 tahun. Setiap anak akan diminta duduk di sebuah ruangan terpisah dari orangtuanya. Hanya ada 1 meja, 1 kursi dan 1 buah piring dimana akan diletakkan sebuah marshmellow (sejenis permen jelly manis) di atas piring tersebut. Ia akan diminta untuk menunggu 15 menit untuk tidak memakan marshmellow tersebut. Jika ia mau menunggu, 15 menit kemudian, pemberi tes akan masuk dan memberinya 1 buah marshmellow tambahan dan ia boleh memakan 2 marshmellow sekaligus. Tetapi jika anak tersebut dapat menunggu, ia boleh membunyikan bel dan ia boleh makan hanya 1 marshmellow saja.
Mayoritas anak akan menunggu sampai kira-kira 3 menit sebelum memakan marshmellow tersebut. Sebagian lagi langsung memakannya di detik pertama. Dan 30% dari anak-anak tersebut berhasil menunggu 15 menit sampai pemberi tes kembali dan memberi mereka marshmellow kedua untuk dimakan.
Memang kelihatannya sepele, namun tes ini tidak berakhir di sini. Professor Walter Mischel mengikuti perkembangan anak-anak ini sampai 30 tahun kemudian. Hasil tes tersebut membuktikan bahwa anak-anak yang berhasil mengendalikan keinginan mereka dan menunda kesenangan dari yang segera memakan marshmellow tersebut memiliki prestasi yang lebih baik di sekolah dan memiliki relasi yang lebih baik dengan masyarakat. Seluruh anak yang berhasil menunggu 15 menit memiliki skor SAT (Scholastic Aptitude Test) 210 point lebih tinggi dari anak-anak lainnya. Sedangkan anak-anak yang langsung memakan marshmellow tersebut memiliki lebih sedikit teman, banyak mengalami frustasi sosial dan akademis dan memiliki prestasi yang buruk di sekolah.
Nah, apakah artinya jika putra-putri kita termasuk tipe yang tidak dapat mengendalikan keinginan, mereka pasti gagal dalam hidupnya? Tentunya tidak. Tugas kitalah sebagai orang tua untuk melihat dimana kelebihan dan kekurangan mereka dan melatih terus kemampuan mereka untuk mengendalikan diri. Disiplin adalah pengendalian diri yang direalisasikam dalam bentuk menunda kesenangan. Dan yang terpenting dalam penerapan disiplin adalah konsistensi. Tentunya bentuk disiplin harus sesuai dengan kesepakatan dan perkembangan anak.
Pengalaman menunda kesenangan yang berakibat kepada pencapaian keberhasilan yang lebih besar akan sangat membekas pada anak-anak.
Yang perlu diingat ada hal-hal yang boleh diiming-imingi, dan ada hal-hal yang tidak boleh diberi suap atau hadiah. Suap atau iming-iming atau lebih halusnya "Reward" hanya boleh diberikan untuk pencapaian prestasi dimana ada perjuangan anak dalam mencapainya. Misalnya anak juara olimpiade sains dan selalu masuk 3 besar di sekolahnya. Tetapi untuk belajar, sholat (pada usia tertentu), membereskan kamar, mandi dan bangun tepat waktu, mengucapkan salam pada tamu dan saudara; untuk semua hal yang memang sudah menjadi kewajiban anak, hindarilah pemberian reward dalam bentuk materi atau janji-janji. Reward yang tepat adalah pujian atau pelukan yang tulus dari hati.
Mari kita bersama-sama menelaah dan mengevaluasi kembali pendidikan seperti apakah yang selama ini telah kita terapkan pada putra-putri kita. Kita harus yakin dapat terus meningkatkan kualitas didikan kita agar karakter anak-anak dapat semakin berkembang. Insya Allah.

sumber : dari tulisan seorang praktisi pendidikan


Tidak ada komentar: