Powered By Blogger

Minggu, 28 Maret 2010

My Sharing

Dengan cekatan jemari kecilnya mengerak-gerakkan pensil, menggambar suatu yang abstrak , garis dan bulatan menjadi satu. Mimiknya serius, seserius usahanya menuangkan imajinasinya dalam bentuk gambar . Cuma dia yang tahu gambar apa yang sedang dibuatnya.

Hari lain bisa jadi ada kata-kata “aneh bin ajaib” tiba-tiba keluar dari bibir mungilnya.. kata-kata yang mungkin bisa bikin kita terhenyak atau bahkan tertawa geli mendengarnya .

Atau tingkah lucunya meniru perilaku apapun orang-orang di sekelilingnya, cara bicaranya.. gerak-geriknya.. kebiasaan-kebiasaannya.. Semua dijiplak sempurna. Yang seperti ini orang-orang sering mengomentarinya “sok tua”.

Padahal anak adalah mesin peniru tercanggih di dunia. Saat masih dalam kandungan sang bunda ia sudah berupaya keras mengadaptasi diri menggemari apa yang menjadi kebiasaan bundanya. Ia belajar menyukai dan membenci sesuatu di lingkungannya lewat reaksi-reaksi psikis sang bunda. Ia, sang peniru ulung ini tak kan henti mengeksplorasi semua yang ada di sekelilingnya. Apapun diamati, dicermati.. Jadi jangan merasa heran kalo ada batita atau balita yang betah nonton sinetron, misalnya. Karena ia memang belajar menyukai seperti orang-orang sekelilingnya menyukai.

Masa optimal bagi anak menyerap berbagai informasi adalah pada masa golden age. Pada masa ini (ada yang mengatakan 1-4 tahun) anak memiliki konsentrasi 100% dalam ingatannya. Karenanya ini adalah masa-masa penting yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri dan karakter, kemampuannya berkomunikasi, bersosialisasi , mengendalikan emosi, dst, dst, ditentukan di usia-usia ini. Jadi jangan juga heran kalau ada anak yang masih SD, tapi perilaku dan pola pikirnya melebihi anak seusianya, lebih dewasa. Atau justru ada anak usia SMA tapi perilaku dan pola pikirnyanya bak anak lima tahunan, managemen dirinya pun masih acak-acakan.

Karakter yang bertolak belakang diatas ngga mungkin terjadi secara instan. Ada proses-proses yang dilaluinya. Orang-orang disekelilingnyalah yang berperan penting membentuknya. Yang terdekat adalah orangtua, ayah dan bunda, lebih dominan sih sang bunda. . karena ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Ibu adalah pendidik pertama sang anak. Ibulah (bersama ayah) yang berhak sekaligus berkewajiban menunaikan tugas mulia ini. Seorang pendidik haruslah rela dididik, dalam arti yang seluas-luasnya, agar ter-up grade- dan terpelihara terus ilmu yang dimilikinya.Tidak ada yang lebih berarti dan membahagiakan selain bisa mengawal , mencurahkan perhatian dan mensuplai kebutuhan-kebutuhan buah hati kita , secara jasadiyah, fikriyah dan ruhiyah. Kejutan-kejutan dan keajaiban-keajaiban dari sang buah hati akan menjadi “hadiah indah” dari keikhlasan kita.

Sebagai orang tua seringkali terjadi disorientasi pada diri kita. Padahal semestinya anak bisa jadi pilihan investasi jangka panjang yang pasti akan selalu mendatangkan keuntungan (dunia akhirat) kalo kita serius mengelola sesuai dengan tuntunanNya. Lebih besar dari itu Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban atas amanah-amanah kita, yakni anak-anak kita, kelak.

Wallahu’alam.