Powered By Blogger

Jumat, 29 April 2011


rasa kangen datang juga ke semuanya.. fesbuk yang selama ini menjembatani silaturahim dengan saudara, sahabat dan teman masih meninggalkan trauma.
kalau interaksiku di jejaring sosial mengundang orang lain makin mengexplore "kemampuan"nya menghack akun, bahkan berkali-berkali -untuk tidak mengatakannya terlalu sering-, baiklah.. biar aku saja yang mengalah.. kuberhibernasi saja.. semoga teman-temanku tak ada satu pun yang terganggu kecuali diriku sendiri.
tapi ada satu pertanyaan untuk hackerku, apa manfaat yang didapat dari menghack akunku?? kesenangankah?? kalau benar begitu selamat menikmati kesenanganmu..
sayang.. tak pernah kau jawab pertanyaan-pertanyaanku.

Rabu, 27 April 2011

Insha Allah


By : Maher Zain

Everytime you feel like you cannot go on
You feel so lost
That your so alone
All you is see is night
And darkness all around
You feel so helpless
You can’t see which way to go
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way

Everytime you commit one more mistake
You feel you can’t repent
And that its way too late
Your’re so confused, wrong decisions you have made
Haunt your mind and your heart is full of shame
Don’t despair and never loose hope
Cause Allah is always by your side
Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way
Insha Allah x3
Insha Allah you’ll find your way
Turn to Allah
He’s never far away
Put your trust in Him
Raise your hands and pray

OOO Ya Allah
Guide my steps don’t let me go astray
You’re the only one that showed me the way,
Showed me the way x2
Insha Allah x3
Insha Allah we’ll find the way

Minggu, 24 April 2011

Nasionalisme yang "Dekat"



Produk dari dari luar khususnya Cina masuk dengan derasnya ke pasar Indonesia. Mulai dari mainan, pakaian, elektronik sampai alat-alat rumah tangga.. Semuanya komplit, plit, plit dan tinggal pilih.. Ancaman bukan lagi mengintai, tapi sudah terjadi dan masih berlangsung. Banyak pelaku usaha yang memilih jadi pedagang dari pada ngga kuat "bertarung" harga dengan produk-produk sana karena atmosfir persaingan sudah ngga imbang lagi. Toh, keuntungan yang didapat ngga jauh beda dibanding memproduksi sendiri, dengan resiko yang kecil pula. Yang beda, pekerja-pekerjanya sekarang jadi hilang sumber penghidupan, daya beli pun jadi turun, bahkan kalau efeknya sudah berat pendidikan dan kualitas gizi anak-anak pekerja itu makin terancam. Nantinya, sepuluh dua puluh tahun mendatang bakal melimpah SDM-SDM yang berkualitas rendah. Bisa jadi mereka malah berhijrah jadi TKI-TKI ke Cina. Nah!? Berlebihankah?? Tidak juga, cuma berpikir realistis aja. Repotnya, pelaku usaha yang banting setir jadi reseller bukan satu dua, tapi banyak.. dihitung sendiri deh efek dominonya seperti apa. Kenapa aku bilang -seperti apa- karena bisa timbul masalah sosial, dst, dst yang sulit dikuantitatifkan.
Tunggu punya tunggu Pemerintah kayaknya makin sulit dijadikan sandaran mencari solusi akan hal ini. Kalau nunggu action benerannya mah bisa beberapa tahun lagi (?).. Tapi sebenarnya masyarakat seperti kita bisa berperan aktif ikut memberdayakan ekonomi saudara-saudara kita sendiri supaya mereka tetap punya jam kerja sehingga tetap punya daya beli, asalkan kita tetap care dan komit, caranya ngga sulit kok yaitu kita jaga loyalitas kita memakai dan mengkonsumsi produk-produk yang mereka buat. Kalau harganya lebih mahal ya.. memang iya, karena mesin-mesin produksinya aja kebanyakan masih import (beda dgn Cina yang mampu bikin mesin sendiri), belum lagi kalau selama proses produksi tingkat efisiensinya masih rendah. Produsen cq pelaku usaha harus jeli melihat ini sebagai bahan pembelajaran supaya produknya bisa lebih bersaing. Jadi intinya yang memproteksi ya kita-kita juga.. masyarakat sendiri. Mungkin ngga ya seperti ini?? Ya kenapa ngga?? Rakyat India aja bisa cinta mati sama produk-produk buatannya sendiri, sama lagu-lagunya, sama film-filmnya sampai sama produk otomotifnya. Walau pun berisik, ya dipake juga, dengan bangga lagi. Ngga jauh beda dengan ekspat-ekspat dari Jepang yang keluar negeri masih mau repot-repot bawa sabut cuci piring buatan para manula di sana. Alasannya kalau bukan dari mereka sendiri yang pada beli lalu siapa dong?? Wow.. sampai segitunya ya nasionalisme mereka... Demi saudara sebangsa gitu, lho... Coba yang seperti itu bisa menular ke sini, di Indonesia ini.. Ketika ini menjadi kesadaran dan aksi kolektif, maka impactnya akan lebih terasa. Berawal dari diri sendiri dan memulainya dari sekarang kelak akan lebih banyak lagi saudara-saudara kita yang tertolong nasibnya, terpelihara ketahanan ekonomi keluarganya dan terjamin pendidikan serta kesehatan anak-anaknya. Pada akhirnya, masa depan bangsa inilah yang terselamatkan dan terproteksi. Subhanallaah... membayangkan suatu saat terbukti gemah ripah loh jinawi-nya negeri ini. Ini bukan sekedar impian dan isapan jempol belaka. So, kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Saatnya menyudahi wacana dan retorika. Bismillaah... Semoga selalu terjaga niat dan langkah ini.

Rabu, 20 April 2011

Cobalah Berpikir Positif


Aku baca status fb seseorang yang berisi dialog :
Manajer :Ustadz bgm cara kita agar para cleaning service mall ini selalu bekerja dg senang hati?
Ustadz :Agar anda tahu saja dulunya mereka adalah orang2 yg malas di rumahnya, nah sekarang silakan tanya pada mereka apakah ada yg punya cita2 menjadi cleaning service?Semua ini adalah persoalan UANG karena itu mereka terpaksa melakukannya.

Duh.. aku ngga tahan ingin komen.. tapi kurasa lebih bermanfaat kalau kuulas di sini.
Manajer itu sudah benar memilih Ustadz sebagai tempat untuk bertanya, dengan harapan sang ustadz bisa memberinya masukan untuk memotivasi karyawan dalam menjalankan tugasnya. Tapi sayangnya, yang ditanya bukannya memberi masukan tapi malah menjudge profesi cleaning service sebagai ladang pekerjaan yang tidak layak karena orang-orang yang mau berprofesi seperti itu dilatarbelakangi keterpaksaan lantaran kebutuhan perut semata-mata. Pliz, deh.. jangan ada lagi yang mengganggap rendah profesi seseorang, asalkan niatnya mencari nafkah halal dan tidak memakan hak orang lain, itu lebih mulia dari pada pengangguran intelektual atau bila dibanding intelek-intelek lain yang kerjanya ‘minterin’ orang. Yang berdasi, yang bermobil dan yang berwah-wah lainnya memang lebih memukau tapi belum tentu memberi manfaat bagi orang-orang sekelilingnya. Bisa jadi hanya perutnya sendiri saja yang dipikirkan. Cobalah berpikir positif saja sedikit, apa jadinya mall dan gedung-gedung megah kalau tanpa disupport para cleaning service? Pasti kotor, kusam dan bau. Kalau demikian pastilah para cleaning service itu yang lebih banyak memberi manfaat buat seisi mall dan gedung itu.Dan, soal uang yang dicari, that’s right.. everybody having a job for money, so what?? Belum tentu yang jumlahnya sedikit jadi berkurang berkahnya dan belum tentu yang banyak uangnya jadi berlebih berkahnya. Tak jarang profesi-profesi yang dianggap rendahan itu melahirkan sosok-sosok yang hebat dalam berbisnis dan banyak menolong nasib orang di bawahnya. Pak Bob Sadino dan Pak Eka Tjipta adalah contohnya. And once more, di perusahaan or organisasi mana pun, sehebat apa pun top managemen, tak kan sanggup bekerja sendiri, ia tetap saja butuh tim untuk mensukseskan goal-goalnya. Bukan tidak mungkin para pekerja selevel cleaning service termasuk di dalamnya.
Aku sih berharap bahwa dialog itu imaginer saja. Namun alangkah menyedihkannya bila itu dialog real, dgn seorang ustadz yang tampaknya emosional….Hhhhh….Just hoping, semoga beliau menyadari kekeliruannya.
Untuk teman2 or sodara2 yang berprofesi spt di atas yakinlah seyakin-yakinnya bahwa "Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan keburukan sebesar zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." QS Al Zalzalah:7-8. Jangan biarkan orang lain merendahkan kalian sampai kalian yang merendahkan diri kalian sendiri. Keep smile and having fun with your job!!

Sabtu, 16 April 2011

I Miss You Both

Tak mudah menyingkirkan rasa kecewa. Midtest manajemen investasi bikin rasa ini makin down saja. Sulit. Seharusnya bisa mengerjakan dengan lebih baik. Tapi kalau mengingat itu seperti terpenjara pada perasaan sendiri. Harus disudahi dengan mengikhlaskannya. Saat ini ingin mengingat yang happy-happy saja.
Beberapa minggu yang lalu aku mengikuti  training yang juga diikuti peserta dari penjuru tanah air. Yang hadir ratusan orang. Aku datang sendiri saja, ngga ada teman. Pede saja. Karena aku hadir di sana niatnya bukan cari teman, tapi cari ilmu. Alhamdulillah, Allah swt memberikan aku lebih dari itu.
Aku diset sekamar dengan dua peserta lainnya. Namanya Ibu Romo dan Ibu Mei. Ibu Romo berasal dari Medan, sementara Ibu Mei dari Pekanbaru. Beliau berdua lebih senior dari aku dilihat dari sisi usia. Rasanya agak kikuk saja tiba-tiba harus sekamar dengan orang yang baru pertama kali ketemu. Alhamdulillah mereka welcome dan ternyata asyik-asyik.
Materi demi materi disampaikan... Sampai tiba materi menjelang senja ditutup dengan muhasabah. Mungkin senja itu adalah senja yang tersyahdu dan terindah sepanjang hidupku dan karena rahmat dari Allah swt sajalah hati kami semua berpadu. Sulit untuk menuliskan apa yang kurasa dan kami rasa saat itu. Indah nian. Serasa Allah swt tak berjarak. Dekat.. dan amat sangat dekat. Saat kutulis ini sekarang pun menggenang kembali air mata membayangkan keindahan momen itu. Ada kerinduan yang sangat untuk mengulangnya kembali. Ajaibnya setelah momen itu aku merasa sudah berkawan lama saja dengan Ibu Romo dan Ibu Mei. Padahal baru hari itu aku bertemu beliau berdua. Tak pernah ada komunikasi sama sekali sebelumnya. Mungkin inilah yang namanya the real brotherhood. Rasa ini mahal harganya karena tak bisa datang tiba-tiba tanpa kita menyengajakannya.
Dan rasa seperti itu menghidupkan dan lebih mewarnai hari-hariku sesudahnya. Benar bahwa tiap hari kita melalui pagi yang sama, tapi memaknai sebuah pagi di hari yang baru butuh mindset yang beda dari yang biasa, butuh energi yang beda dari yang biasa, butuh kecintaan yang beda dari biasa. Ya.. cinta. Cinta meringankan segala yang berat. Memudahkan segala yang sulit. Menjernihkan segala yang keruh. Melapangkan segala yang sempit. Menerangkan segala yang gelap. Menenangkan segala yang merisaukan. Sekaligus menghadirkan keindahan dan berjuta senyuman. Dengan cinta semestinya bisa selesai semua persoalan kehidupan. Cinta yang setulus hati tak akan datang dengan sendirinya tapi kehadirannya harus diupayakan sungguh-sungguh oleh seorang hamba kepada Dzat yang melimpahinya dengan kecintaan karena cinta yang hakiki hanya bisa lahir semata-mata karena rahmatNya. Dan menjadi beruntunglah orang-orang yang di hatinya dipenuhi rasa cinta.. ia ibarat berlian yang kilaunya mampu menjadi cahaya bagi sekelilingnya...

*For Ibu Romo and Ibu Mei, with my full of love from the deepest of my heart... I miss u both.. See u soon, Insya Allah...

Rabu, 13 April 2011

Enjoying my time

Menganalisis portofolio saham bikin sedikit pusing kepala.. Tapi yang namanya tugas, tetap harus dikerjakan, bagaimana pun sulitnya, asal punya kemauan peluang selesai dengan nilai memuaskan terbuka sangat luas. Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh, dia yang akan mendapatkan. Sudah sunatullah, hukum alamnya bicara seperti itu. Siapa tahu apa yang dipelajari sekarang suatu saat bisa bermanfaat untuk membantu orang lain yang sedang menulis skripsi atau tesis tentang analisis saham. Minimal mengerti untuk diri sendiri apa yang dipikirkan investor ketika mau melepas atau membeli saham.
Sebenarnya analisis portofolio saham mengasyikkan juga.. Orang mau beli atau jual saham ngga semata-mata menganalisis aspek fundamental dan teknikalnya saja, tapi pake intuisi juga plus analisis pasar, dengan gerak cepat tentu saja. Kalau basicnya analisis fundamental dan teknikal saja, asli bakal kelamaan untuk segera ambil keputusan untuk jual atau beli saham. Apa lagi pasar di Indonesia ini konon masih rentan rumor. Katanya kalau zaman Orba dulu, Presiden batuk saja "uhuk..uhuk.." pasar langsung merespon dan bersiap melangkah ke plan A, B atau C terhadap kepemilikan saham-sahamnya itu. Miris. Itu baru batuknya... bagaimana lebih berat dari itu? Maka dari itu, indirectly, pasar harus punya translator yang handal buat menerjemahkan gejala individu penguasa menjadi "realitas pasar".

Jumat, 08 April 2011

Tsunami Moral

Seperti sudah kehabisan kata-kata..
Mungkin ini bagian dari skenario Allah swt untuk mengungkap kebenaran walau kenyataannya sangat-sangat menyakitkan. Hikmah terbesar adalah janganlah sekali-sekali berlebihan mengagumi seseorang hanya dari kedudukan dan predikat seseorang. Celah kesalahan tetap terbuka lebar kendati pemahaman akan kebaikan orang tersebut relatif lebih tinggi dari rata-rata orang lain. Bahkan cenderung orang yang lebih paham justru berpotensi lebih besar melakukan pelanggaran apa yang dipahaminya sendiri. Bukankah yang seperti itu bertebaran di sekeliling kita???
Astaghfirullahaladziim.. Sulitnya memelihara kebaikan di dalam diri sendiri apatah lagi untuk menyebarluaskannya..???

Selasa, 05 April 2011

Inginkah Terbius CintaNya???

Sering kita mendengar suara adzan.. bahkan terlalu sering. Tapi tanyakanlah pada diri kita sendiri, adzan yang terlalu sering kita dengar itu, berapa banyaknya yang benar-benar menembus hati dan menstimuli langkah untuk bersegera bersujud padaNya??? Mungkin satu, mungkin dua, mungkin tiga, atau malah tidak pernah.
Kala hati 'gersang' tarikan untuk mendekat padaNya menjadi lemah, bahkan tak bertenaga. Berat rasa hati memenuhi panggilanNya. Walau pun bersujud, sekedar untuk menghapus kewajiban saja. Ibarat masakan tanpa garam, hambar nian rasanya. Tak ada feel, tak ada soul. Bila seperti ini apa lagi yang keluar dari diri kita, sekali pun ucapan kebaikan, bisa jadi hanya di bibir saja, bertindak juga tak pakai rasa, berpikir pun tak terkoneksi dengan hatinya. Pada titik ini, walau terdengar ekstrim, bisalah dikatakan bahwa orang itu telah mati sebelum ajalnya.
Kala hati dipenuhi kecintaan padaNya, justru saat-saat perjumpaan dalam sholatlah yang ditunggu-tunggunya. Hatinya menyesal kenapa raka'at sholat begitu cepat ia selesaikan. Hatinya diselimuti kekhawatiran, akankah di waktu sholat berikutnya ia masih bisa berjumpa dengan Kekasihnya? 
Terbius dalam kecintaan pada Allah swt memang luar biasa nikmatnya. Ibarat mendaki gunung yang terjal, tak beralas kaki pun tak kan terasa luka dan perihnya. Derita dunia tak kan lagi terasa pahitnya. Segunung masalah pun tak kan berat rasanya. Karena, cukuplah hanya Allah bersamanya.Tapi apakah bisa kita terbius dalam kecintaan yang besar padaNya, kalau kita tak bersungguh-sungguh mendekatkan diri padaNya?? Jawabannya SUNGGUH SANGAT TIDAK BISA!!! 
Meraih cinta hakiki padaNya jelas butuh harga. Berharap cinta yang kan berbalas cinta juga butuh harga. Sudahkah kita membayarnya??